Sabtu, 30 November 2013

( Tulisan Bahasa Indonesia 1 ) Membatasi Topik "Lautan"

Nama          : Restu Ramadhan
NPM          : 16111006
Kelas          : 3KA01  

BAB I
PENDAHULUAN

1.Membatasi Topik
Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas.Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi.Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya.Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau dibaca. Oleh Karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat siterima oleh pembacanya.

Minggu, 24 November 2013

Teori membuat outline

Teori membuat outline



Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan  teratur.

1. Manfaat Kerangka Karangan:
  • Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
  • Untuk menyusun karangan secara teratur.  Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah
  • Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
  • Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula  sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.


2. Pola Susunan  Kerangka Karangan


  • Pola Alamiah Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasarkan urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.
  • Pola Logis Pola logis berdasar urutan :
          1. klimaks - anti klimaks
          2. umum - khusus
          3. sebab - akibat
          4. proses
          5. dan lain-lain

3. Macam-macam Kerangka Karangan



Berdasarkan sifat rinciannya:


1. Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
    cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
     a. Topiknya tidak kompleks
     b. Akan segera digarap
2. Kerangka Karangan Formal:
    terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
    a. topiknya sangat kompleks
    b. topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.

Berdasarkan perumusan teksnya:
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik


4. Syarat Kerangka Karangan yang baik

a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan masksud.

b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersbut harus dirinci.

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.

d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan. kali ini kita coba tinjau terlebih dahulu langkah-langkah menyusun karangan satu per satu.

1. Menentukan tema dan judul

Sebelum anda mau melangkah, yang pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
a. jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh
Kadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya ketika lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.
Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.


JUDUL
  • Ada dua cara pembatasan topik  ? judul karangan 
  • masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan.
  • Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik.
  • Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
  • Judul tidak harus sama dengan topik.
  • Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
  • Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
  • Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
  • Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
  • Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya :
    “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai”.
Syarat judul yang baik:
  • harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
  • judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan. 
  • harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
  • tidak provokatif.
Judul karangan sedapat-dapatnya :
  • singkat dan padat
  • menarik perhatian 
  • menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.


Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya letusan gunung Penanggulangan krisis air di Jakarta.
Tujuan perlu dirumuskan dengan gamblang agar jelas apa yang akan dicapai oleh tulisan ini.
Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional :
 
  • Menanggulangi
  • Mengurangi
  • Menemukan
  • Meningkatkan
  • Mengoptimalkan
  • Mengevaluasi
  • Mengendalikan
Tambahan :
  • Banyak orang beranggapan bahwa topik = judul.
  • Topik merupakan pokok yang akan diperikan atau masalah yang akan dikemukakan. 
  • Judul adalah nama karya tersebut.
  • Tema lebih luas lingkupnya dan biasanya lebih abstrak; tema dapat dibagi-bagi menjadi beberapa topik. Dari topik dapat muncul judul-judul.
  • Walaupun topik yang dipilih sama, tetapi makksudnya berlainan, maka tema yang dihasilkan juga lain. Selanjutnya penggarapan dan materi-materi yang dipilih pun berbeda.
  • Setelah topik ditetapkan, maksud topik diuraikan langkah selanjutnya membuat sebuah rumusan tentang masalah dan tujuan yang akan dicapai. Perumusan itu tidak lain adalah tema karangan. Tema karangan itu berbentuk satu kalimat, satu alinea.


2. Mengumpulkan bahan

Sudah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.

3. Menyeleksi bahan

Sudah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. 
Berikut ini petunjuk-petunjuknya  :


1. catat hal penting semampunya.
2. jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

4. Membuat kerangka

bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
 
Berikut fungsi kerangka karangan :
a. memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c. membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
b. mengatur urutan gagasan.
c. memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. soalnya bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)

5. Mengembangkan kerangka karangan

Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah.

Sumber : http://azizturn.wordpress.com

Jumat, 25 Oktober 2013

Topik, Tema dan Judul

  • Topik
Topik ialah pokok bahasan, ide, gagasan, persoalan, atau pokok pikiran yang akan ditelaah, dikembangkan, dikupas, dan dibicarakan dalam karangan / tulisan.
Pada tahap penentuan / pemilihan topik ini biasanya ditemukan bahwa suatu topik masih bersifat umum / general / luas, belum dibatasi, belum diarahkan, dan belum diberi tujuan.
Dibawah ini terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih / menentukan topik:
Kriteria Pemilihan Topik :
(1) Topik itu harus bersifat problematik
(2) Topik itu harus ada manfaatnya dan layak dibahas
(3) Topik itu dikenal dengan baik
(4) Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai
(5) Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
(6) Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis
(7) Membuktikan hipotesis
(8) Membuat suatu rancangan

  • Tema
Tema ialah topik yang sudah dibatasi, diarahkan, khusus/spesifik, dan sudah mengandung tujuan. Jika tema sudah diungkapkan secara padat, menarik, mencerminkan seluruh isi tulisan, dan lugas, maka tema tersebut dapat langsung dijadikan judul karangan ilmiah.

Di dalam memilih tema hendaknya memperhatikan beberapa pedoman seperti dibawah ini :
1. Tema hendaknya sesuai dengan profesi/spesialisasi kita masing-masing.
2. Tema hendaknya dipilih dari masalah yang aktual supaya selalu menarik.
3. Sesuatu tema tulisan hendaknya mempunyai ruang lingkup dan masalah yang terbatas, makin sempit ruang lingkup makin baik.
4. Pilihlah tema yang bahan-bahan mudah diperoleh dan dapat dikuasai.
5. Tiap-tiap istilah yang di anggap penting dalam judul tulisan (yang merupakan cerminan tema) haruslah diberi batasan arti supaya tidak timbul penafsiran yang salah dari pihak lain.

Tema yang baik haruslah mempunyai ciri-ciri positif sebagai berikut :
1. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang esensial bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat dari ide sentralnya, melalui subordinasinya, maupun kalimat-kalimatnya. Struktur kalimat harus matang dan bervariasi, karena dengan demikian tampak bahwa penulisannya telah memikirkan sematang- matangnya sampai kepada kalimat-kalimatnya.
2. Kesatuan dan Keharmonisan
3. Kesalahan yang sering dibuat adalah mengenai perkembangan.
4. Keaslian
Tema yang baik harus mengandung keaslian. Keaslian mungkin terletak pada topiknya, segi pandangannya, tetapi dapat juga terdapat dalam pendekatannya dalam rangkaian kalimat-kalimat atau pilihan judulnya.

  • Judul
Judul karangan/tulisan adalah nama (title) yang melukiskan dengan singkat apa yang menjadi inti karangan itu. Judul hendaklah menarik, tetapi tidak pula terlalu provokatif, ringkas, tetapi cukup menggambarkan keseluruhan isi karangan.
Kriteria pemilihan judul:
(1) Judul harus sesuai dengan topiknya
(2) Judul harus mampu menggambarkan seluruh isi karangan
(3) Judul sebaiknya memiliki minimal dua variabel yang saling menunjang, mengarahkan, dan berkaitan
(4) Judul harus menarik, singkat, dan padat
(5) Judul harus jelas tidak boleh bermakna ganda
(6) Judul diungkapkan dalam bentuk frasa bukan kalimat



Sumber :
file.upi.edu/…/D%20…/PENULISAN%20KARANGAN%20ILMIAH1.pdf
http://she2008.wordpress.com/2010/11/30/topik-tema-dan-judul/
repository.usu.ac.id/bitstream/…/3777/1/komunikasi-suwardi%20lbs2.pdf

Paragraf / Alinea

Paragraf adalah bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat  yang berhubungan secara utuh dan terpadu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Paragraf disusun secara   sistematis  dan mengandung satu pikiran utama. Dengan demikian, sebuah paragraf hanya mengandung satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Paragraf juga sering disebut Alinea.
Pikiran utama adalah ide pokok atau gagasan yang menjiwai isi paragraf yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama merupakan pokok persoalan yang dipentingkan dalam paragraf  dan dituangkan dalam kalimat utama. Kalimat tempat menuangkan pikiran utama disebut kalimat utama, sedangkan kalimat untuk menuangkan pikiran penjelas disebut kalimat penjelas.
  • Keguanaan Paragraf:

Untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya.

  • Syarat-Syarat Paragraf

Adapun syarat-syarat paragraf yang baik adalah :
A. Kesatuan
Setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan utama dan semua kalimat dalam paragraf itu harus berkaitan dengan gagasan utama. Paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas atau selalu relevan dengan gagasan utama itu.
B. Kepaduan atau Koherensi
Kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu harus mempunyai hubungan timbal balik  sehingga pembaca dengan mudah dapat memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis. Jadi, kepaduan (koherensi) ditentukan oleh hubungan antarkalimat dalam paragraf itu.
Kepaduan dalam kalimat dapat dibangun dengan memperhatikan :
1. Unsur kebahasan :
a. Repetisi / Pengulangan
Pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.
b. Kata Ganti
Kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan.
Macam-macam kata ganti :
  • Kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku.
  • Kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian.
  • Kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau, mereka, nya.
c.   Kata / Ungkapan  Transisi
Kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi.
Macam-macam kata transisi :
a. berhubungan dengan pertambahan;
b. berhubungan dengan perbandingan;
c. berhubungan dengan pertentangan;
d. berhubungan dengan tempat;
e. berhubungan dengan tujuan;
f.  berhubungan dengan waktu;
g. berhubungan dengan singkatan.
2. Urutan isi :
  • Pikiran utama — penjelasan
  • Kronologis
  • Sebab -> akibat / akibat -> sebab
  • Umum -> khusus / khusus -> umum
  • Proses
  • Urutan ruang / spasial
  • Analogi
  • Perbandingan
  • Pemecahan masalah
C. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama.

  • Macam-Macam Paragraf:
1. Berdasarkan fungsinya :
a. Paragraf Pembuka :
Memiliki sifat ringkas, menarik dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diungkapkan.
b. Paragraf Penghubung
Berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.
c. Paragraf Penutup
Berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting, mengakhiri sebuah karangan / wacana.

2.   Berdasarkan letak kalimat utama :
a. Paragraf deduktif
yaitu paragraf yang letak kalimat utamanya di awal paragraf.
b. Paragraf induktif
yaitu paragraf yang letak kalimat utamanya di akhir paragraf.
c. Paragraf deduktif-induktif
yaitu paragraf yang kalimat utamanya berada di awal paragraf dan dipertegas pada akhir paragraf.
d. Paragraf tanpa kalimat utama
yaitu paragraf yang tidak memiliki kalimat utama, tetapi kalimat-kalimat penjelasnya semuanya mendukung pikiran utama. Jadi pikiran utama itu terbentuk dari kalimat-kalimat penjelasnya. Jenis paragraf ini biasanya digunakan dalam karangan narasi dan deskripsi.

3.   Berdasarkan sifat isinya :
a.   Paragraf Narasi : Paragraf yang menceritakan suatu kejadian / peristiwa berdasarkan kronologi.
Contoh:
“Beratus-ratus tahun Indonesia telah dijajah Belanda. Perang Dunia II pecah, dan Belanda di Indonesia kemudian takluk oleh Jepang. Kini Jepanglah yang menguasai dan mengangkangi Indonesia. Ini tidak lama memang karena Sekutu dapat mengalahkan Jepang dengan dibomnya Hiroshima dengan bom atom. Kesempatan baik ini tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hata  pada tangga 17 Agustus 1945″.
b.  Paragraf Deskripsi : Paragraf yang berisi gambaran mengenai suatu hal / keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Contoh:
“Hamparan sawah membentang luas. Padi menguning menunduk berayun-ayun, meliuk-liuk ditiup angin lembah, berombak-ombak bagai samudra. Dangau-dangau berpencaran. Bocah-bocah bertepuk sorak dengan suara nyarin, mengusir kawanan-kawanan parkit yang berpesta pora memakan bulir-bulir padi. Bukit yang membujur bagaikan raksasa tidur, membatas di kejauhan, berselimut mega seputih kapas, menambah asri pemandangan”.
c.   Paragraf Argumentasi : Paragraf yang membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
“Amin memang murid yang baik. Setiap hari ia datang ke sekolah selalu lebih awal dari teman-temannya. Semua pekerjaan rumah tidak ada yang tidak diselesaikannya. Kepada gurunya dan orang tua ia selalu bersikap hormat. Bahwa prestasi belajarnya juga jauh lebih baik dari teman-temannya dapat dilihat dalam rapornya yang tidak pernah ada angka merah. Tak ayal lagi ia akan menjadi mahasiswa yang baik”.
d. Paragraf Eksposisi : Paragraf yang berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Contoh:
“Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang representatif, kini mulai dibangun di Palu, setelah tertunda dua tahun. Pembangunan kantor di Jalan Sam Ratulangi Palu Timur itu direncanakan rampung 2 – 3 tahun mendatang, dengan biaya sekitar Rp 10 milyar. Demikian keterangan Sekwilda Sulteng, Amur Muchasim SH, Rabu (4/10) di Palu. la menjelaskan, untuk tahap pertama, seta bangunan sayap dapat dirampungkan Februari 1996″.
e. Paragraf Persuasi : Paragraf yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu.
Contoh:
“Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun demikian, masih banyak anggota masyarakat kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Inilah masalah yang sulit dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan kebersihan di sekitar tempat tinggalnnya tentulah kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan. Kesadaran ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, diantaranya ialah tidak membuang sampah sembarangan”.


Sumber:
images.imnis.multiply.multiplycontent.com/…/0/…/4.%20PARAGRAF.DOC?…
sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/…/slide+Paragraf.ppt
repository.binus.ac.id/content/A0282/A028213514.ppt  -
sunarno5.files.wordpress.com/2008/10/jenis-karangan-langkah2.ppt
http://she2008.wordpress.com/2010/10/31/paragraf-alinea/
http://file.upi.edu/Direktori/C%20%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESIA/197712092005011%20-%20MAHMUD%20FASYA/Modul%208%20Wacana.pdf

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Beberapa definisi Dari Kalimat Efektif:
  • Badudu (1995:188) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau penulis.
  • Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu penelitian tentang “Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi” yang ditulis oleh Epraim (1992)menyimpulkan bahwa struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya variasi.
  • Putrayasa (2007 : 2) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.

Ciri-ciri kalimat efektif :
  • Kesepadanan atau Kesatuan
  • Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
  • Penekanan dalam kalimat
  • Kehematan
  • Kevariasian
  • Kelogisan

Akhadiah, dkk. (2003 : 116) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas dan terperinci yaitu: “Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat”. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku.
Kaidah-kaidah tersebut meliputi :
(1) unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
(2) aturan-aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan,
(3) cara memilih kata dalam kalimat.
Akhadiah, dkk. (2003: 116-117) menyatakan: “Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.

  1. Kesepadanan dan Kesatuan
Zubeirsyah dan Lubis (2007:86-87) mengatakan:
Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran. Syarat pertama bagi kalimat efektif mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek, pelengkap dan keterangan melahirkan keterpaduan yang merupakan ciri kalimat efektif (Akhadiah, dkk. 2003:117) .
Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
a). Subjek dan Predikat
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. Unsur predikat dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa.
b). Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat
Konjungsi merupakan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, atau antarparagraf. Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan unsur-unsur kalimat, sedangkan konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat berikutnya ( Mulyadi dan widayati, 2004:108-114).
Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa atau klausa dengan klausa.
c). Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat. Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat (Akhadiah, dkk. 2003:120).
Contoh:
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan.
2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati.
Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah “ia dipukul mati”. Gagasan pokok dalam kalimat (2) ialah “ia masih dalam tugas latihan”. Oleh sebab itu, “ia dipukul mati” menjadi induk kalimat di kalimat (1), sedangkan “ia masih dalam tugas latihan” menjadi induk kalimat dalam kalimat (2).
d). Penggabungan dengan “yang”,”dan”
Menurut Akhadiah, dkk. (2003:120), jika dua kalimat digabungkan dengan partikel danmaka hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikelyang akan menghasilkan kalimat mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
e). Penggabungan Menyatakan ”sebab” dan ”waktu”
Parera (1984:43) menyatakan bahwa hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata ini sering dipergunakan pada kalimat yang sama.
Contoh:
(1) Ketika gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
(2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
f). Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan 
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan (Akhadiah, dkk. 2003:121) Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat di atas digabungkan menjadi:
(1)Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
(2)Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang efektif. Perbedaan kalimat (1) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (2),hubungan tujuan.

2. Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam struktur/ bentuk gramatis ( Zubeirsyah dan Lubis, 2007:88). Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Kesejajaran (paralelisme) membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebabpencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
Dalam kalimat di atas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan dengan berbahayadan kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata yang sederajat dalam contoh kalimat di atas harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata kembali menjadi :
Penyakit Aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu.

3. Penekanan dalam Kalimat 
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Menurut Zubeirsyah dan Lubis.(2007:89), penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan.
Beberapa cara membentuk penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan atau awal  kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap.
3. Melakukan pengulangan kata(repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).

4.  Kehematan
Menurut Akhadiah, dkk. ( 1996: 125) Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:
a). Pengulangan Subjek Kalimat
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena mereka tahu masa ujian telah dekat.
Direvisi menjadi:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.
b). Hiponimi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2005: 404) hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
c). Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal(asal-usul) (Putrayasa, 2007:56). 
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau lainnya (Putrayasa, 2007:56).
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.

5. Kevariasian
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang. Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur yang bervariasi.
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi.
b) Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.

6. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat tersebut tidak logis. Maka seharusnya:
kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.

Sumber :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19167/5/Chapter%20I.pdf
http://she2008.wordpress.com/2010/10/30/kalimat-efektif/
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf